Rabu, 11 Mei 2011

Indonesia Menambah Pesawat Tempur dan Kapal Perang

Indonesia terus memperkuat persenjataan dengan menambah alutsista (alat utama sistem persenjataan) berupa kapal perang dan pesawat tempur. Setelah Jumat lalu, Kemenhan bersama PT Pal meluncurkan kapal perang (made in Indonesia) untuk kebutuhan TNI AL Senin kemarin juga melaksanakan serah terima 3 pesawat tempur Sukhoi tipe SU-27 SKM dari pemerintah Rusia.

Bahkan, Menhankam Purnomo Yusgiantoro menjelaskan, TNI AU akan menambah lagi pesawat tempur Sukhoi made in Rusia hingga mencapai satu skuadron atau 16 unit pesawat. 

"Peluncuran kapal ini merupakan bentuk dukungan Kemenhan terhadap industri galangan kapal dalam negeri dalam memenuhi kebutuhan alutsista (alat utama sistem persenjataan)," kata Dirut PT Pal, Harsusanto, dalam peluncuran kapal itu, di Surabaya, Jumat.


Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat mengatakan, pengadaan pesawat Sukhoi dilakukan secara bertahap dengan pengiriman 4 pesawat yang kemudian disusul dengan 3 pesawat, dan 3 pesawat lagi.

Pengadaan pesawat tempur Sukhoi itu sangat dimungkinkan karena pemerintah Rusia siap menyediakan berapa pun jumlah pesawat tempur itu sesuai dengan permintaan Indonesia. Selain pesawat Sukhoi, Kementerian Pertahanan bersama Mabes TNI serta Mabes TNI AU juga akan membeli jenis-jenis pesawat lainnya seperti F-16 serta pesawat pengganti Hawk dari Australia.

Walau 3 pesawat Sukhoi yang terakhir ini diterima tanpa rusal, tapi TNI kini sudah memesan bom dari Turen, Malang, Jawa Timur. Di Turen, Malang, terdapat pabrik amunisi milik PT Pindad yang mempunyai spesialisasi untuk menghasilkan amunisi dan juga senjata. Selain itu, Kemenhan juga akan menambah lagi pembelian pesawat tempur, pesawat angkut dan helikopter dari negara lain.

Sedangkan kapal perang produksi PT PAL Indonesia di Surabaya, merupakan kapal perang untuk pendaratan pasukan (landing platform dock/LPD). Kapal perang itu merupakan kapal keempat pesanan Kemenhan dan Daewoo International Corporation yang dibangun di PT Pal.

Dirut PT Pal, Harsusanto menjelaskan, panjang kapal mencapai 125 meter yang dirancang khusus untuk dipasangi meriam dengan kaliber 57 milimeter dan dilengkapi sistem kendali senjata (fire control system) sehingga sangat memungkinkan mampu bertahan dari serangan musuh.

Kapal tersebut mampu melindungi pasukan dan kendaraan lapis baja serta helikopter yang didaratkan karena memiliki alat komunikasi yang mampu mendeteksi keberadaan musuh di sekitarnya,.

Kapal perang itu dibangun sesuai standar Lloyd Register+100A1 dengan menggunakan konstruksi ganda (double bottom). Untuk memudahkan manuver, kapal itu dilengkapi "bow thruster" yang berfungsi sebagai pemecah gelombang.

"Kapal ini dilengkapi peralatan darurat rumah sakit sehingga bisa digunakan untuk memberikan pertolongan pertama," kata Harsusanto dikutip dephan.go.id.

Kapal perang produksi PT PAL itu memiliki panjang keseluruhan 125 meter, lebar 22 meter, panjang garis tegak 109,2 meter, tinggi geladak 67 meter, kecepatan maksimum 15 knot, dan daya jelajah 30 hari dengan kemampuan jelajah 10 ribu mil.

Kapal berbobot mati 7.300 ton tersebut mampu mengangkut 126 anak buah kapal (ABK), 218 tentara, lima unit helikopter, dan dua unit kendaraan taktis. Sehingga kapal ini bisa digunakan untuk operasi kemanusiaan dan penanganan korban bencana alam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar