Saat usiaku masih muda, aku adalah seorang pekerja keras yang tak ingin merepotkan kedua orang tuaku dakam membesarkan dan membiayai pendidikan. Aku kerap berusaha sendiri dengan berbagai cara yang menurutku sanggup aku kerjakan. Dan kedua orang tuaku juga mendukung apa yang menjadi keputusanku. Bahkan mereka merasa bangga dengan anak bungsunya.
Begitupun saat aku akhirnya menemukan jodohku, seorang perempuan cantik dan penuh kasih sayang. Hingga akhirnya kami mampu membesarkan dan membiayai semua kebutuhan tiga anak kami, bahkan sampai mereka dapat menyelesaikan pendidikan sampai dengan perguruan tinggi. Karena aku tak mau melihat anak-anak menderita seperti aku yang membiayai semua kebutuhan dengan usaha sendiri.
Kami memang berhasil membiayai mereka, namun rupanya kami tak berhasil mendidik mereka menjadi orang yang peka terhadap penderitaan sesama. Jangankan kepada orang lain perhatian terhadap orang tuanyapun seperti tak pernah mereka tunjukan. Awalnya aku mengganggap hal sebagai hal yang lumrah, mungkin mereka masih terlalu muda untuk hal itu.
Namun ternyata anggapan itu sangat keliru. Saat mereka sudah berhasil dalam meraih kehidupan termasuk telah behasil dalam membina rumah tangga mereka tetap melupakan rasa peka terhadap penderitaan, kesepian dan kehidupanku sebagai orang tua mereka yang sangat membutuhkan kehadiran mereka, bukan harta mereka